Ads

Rupiah Diprediksi Tembus Rp 25.000, Dirut BCA: Ada Kepentingan Asing


Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja berkeyakinan rupiah tidak akan melemah hingga level 25.000. Dia pun menilai daya tahan ekonomi dan perbankan Indonesia saat ini cukup baik.

"Kalau orang Singapura yang bicara, ada kepentingan kalau masyarakat kita khawatir, maka dananya akan diparkir di sana," terang dia.

Sebelumnya, di sela seminar bertajuk Indonesia Financial and Economic Conference, Kamis (28/5), Lee Boon Keng menyatakan, level nilai tukar yang dipatok dalam stress test seharusnya bisa dinaikkan hingga Rp 25.000 karena Rp 15.000 --seperti yang saat ini berlaku-- tidak cukup menggambarkan kesiapan sistem keuangan Indonesia dalam menghadapi krisis.

Jahja pun menilai stress test yang telah dilakukan OJK dan BI hingga level Rp 15.000 per dolar sudah lebih cukup untuk menggambarkan daya tahan perekonomian maupun stabilitas keuangan Indonesia saat ini.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja juga menilai, stress test pelemahan rupiah hingga level Rp 25.000 terlalu ekstrem.

Menurut dia, stabilitas pada industri keuangan, khususnya perbankan, relatif terjaga seperti terlihat dari posisi CAR perbankan yang kuat maupun tingkat NPL yang masih relatif terjaga serta pengawasan otoritas yang ketat.

"Saya rasa terlalu ekstrem kalau di level tersebut, karena fundamental ekonomi Indonesia tidak seburuk itu seharusnya," terang dia.

Berdasarkan hasil stress test yang dilakukan OJK beberapa waktu lalu, pelemahan nilai tukar rupiah hingga level Rp 15.000 per dolar AS akan menghantam lima bank nasional yang modalnya kecil. Sedangkan jika rupiah di level Rp 14.000 per dolar AS, bank-bank di Indonesia masih stabil. Variabel yang digunakan dalam stress test tersebut yakni pertumbuhan ekonomi, kredit macet, utang valas, dan efek lanjutan lainnya.


Penulis: Gita Rossiana/Agustiyanti/FMB
Ilustrasi: David Gitaroza
Sumber: Investor Daily




 







Pendapat Ori.Gean

Sebagai Trader Forex, Options, maupun Binary kita memang diuntungkan dengan menguatnya nilai mata uang USD terhadap IDR. Terutama bagi Trader yang sudah merasakan nikmatnya penghasilan tetap dari hasil trading. Namun secara ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia menderita terkena imbas negatif. Harga barang meningkat dan beberapa perusahaan mulai mem-PHK-kan karyawannya.

Melemahnya IDR dalam beberapa bulan terakhir ini diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut:
  1. Adanya sinyal Bank Sentral Amerika (The Fed) akan menaikkan tingkat suku bunganya pada akhir tahun 2015,
  2. Jepang dan negara Eropa sengaja melemahkan mata uang mereka JPY dan EUR untuk meningkatkan volume ekspor. Moment ini diambil ketika negara Tiongkok sebagai negara produsen ekspor terbesar didunia mengalami krisis ekonomi,
  3. Menurunnya cadangan valas Tiongkok sebesar $93,9 miliar untuk menstabilkan CYN (China Yuan) pasca devaluasi, memberikan sentimen negatif pada laju mata uang Asia, termasuk Rupiah,
  4. Produk impor lebih besar dibandingkan produk ekspor Indonesia ke negara lain. Pada Juni 2014 Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 288,3 juta.
  5. Para Manager Keuangan perusahaan di Indonesia tidak menggunakan fasilitas Hedging (lindung nilai). Akibatnya ketika hutang perusahaan sudah jatuh tempo, perusahaan harus membayar lebih mahal untuk membeli USD.













Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Petrovich9. Diberdayakan oleh Blogger.